Cerita Fiktif : Menembus Lereng Selatan G. Singa


Sekilas, penampilan gunung Singa tidak semegah gunung – gunung yang terkenal. Gunung Singa tidak seperti gunung Semeru yang tinggi menjulang ataupun gunung Argopuro yang begitu luasnya. Akan tetapi, gunung Singa memiliki daya mistis dan jalur petualangan yang seru. Setelah diberitahu oleh seorang kawan tentang menantangnya gunung ini, penulis pun bersama tiga kawan yang lain sepakat untuk menapaki jejak-jejak di gunung Singa. 

Persiapan untuk mendaki gunung ini kurang lebih sekitar satu bulan. Pencarian referensi serta data-data sekunder serta latihan fisik rutin menjadi hal yang paling sering dilakukan dalam persiapan. Seminggu sebelum keberangkatan, kami mulai membeli logistik. Ya ampun, ketika packing, begitu beratnya beban yang kami bawa, tapi itu tidak menyurutkan semangat kami untuk merintis jalur di gunung Singa.

Akhirnya, hari yang kami tunggu-tunggu tiba, hari kami mulai pendakian. Kita sudah membagi tugas, hari pertama eko sebagai penebas, saya sebagai kompasman, jawa sebagi pemegang rebound dan nugraha bertugas ronda di rumahnya. Dua karvak dalam peta telah kami lewati, rimbunnya pepohonan pinus sudah tidak lagi kita nikmati. Tetapi pemandangan alam yang indah belum jua kita jumpai. Setelah kami melawati karvak ketiga, kami sepakat untuk mendirikan camp, karena hari yang sudah mulai gelap, kami pun membentangkan flysheet untuk malam kami beristirahat. 

Hamparan salju dan tebing yang memanjang gagah ada di hadapan kami sekarang. Kami mulai mengeluarkan peralatan untuk mendaki gunung es. Kami begitu kewalahan menghadapi medan ini, karena begitu terjal. Ketika perjalanan sudah mulai jauh dan puncak sudah terlihat dari kejauhan, aku terbangun. Owh, begitu pegalnya tubuh ini. Kini aku tersadar, pagi baru saja datang. Setelah membangunkan kawan-kawan yang lain, kita mulai memasakan dan packing kembali. Pagi ini sarapan sangat special. Nugraha memasak ayam bakar plus nasi liwet, di rumahnya. Sedangkan di camp kita hanya memasak sarden dan mi goring untuk memenuhi kalori kita hari ini. 

Hari ini saya bertugas sebagai penebas, eko kompassman dan jawa masih tetap memegang kendali rebound. Sedangkan nugraha tidur, karena semalam meronda. Perjalanan hari ini benar-benar menyita tenaga. Kami sudah mulai tidak semangat, tidak bertenaga dan tidak..,,tidak tampan lagi. 

Hari kesepuluh… 

Akhirnya setelah melewati tiga karvak dalam peta, kami mulai melihat puncak dari kejauhan. Kami kembali bersemangat, semakin cepat kami menerabas karena sudah rindu pada indahnya puncak gunung. Beberapa puluh meter sebelum puncak sudah tidak ada lagi tumbuhan yang hidup karena terbakar. Jalur yang kami lewati begitu terjal membuat kami harus scrambling. 

Namun akhirnya kami berhasil juga menembus lereng selatan gunung singa. Di puncak gunung singa kami merenung, begitu melelahkannya perjalanan kami. Setelah merenung beberapa saat, kemi menghampiri warung yang berada tidak jauh dari puncak. Kami istirahat dan makan di situ. Sambil mencatat, saya bercandaria dengan kawan-kawan yang lain. Ini pasti akan menjadi cerita indah untuk adik-adikku nanti… 



Rodiyah Nur Hayati

I'm Eko Rio Wibowo as Photographer, Traveler, Sleeper.Enjoy!
"Here I just want to work, not racing to create works that are forced. So I'll let the cameras, feeling, and my desire to play."

1 comment: