
Berbicara masalah pedesaan tidak terlepas dengan masalah kemiskinan dan keterbelakangan. Kemiskinan terlihat dari rendahnya tingkat pendapatan, kurangnya konsumsi kalori yang diperlukan oleh tubuh manusia dan melebarnya kesenjangan antara si kaya dengan si miskin. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan sesungguhnya merupakan suatu fenomena yang saling berkaitan antara suatu faktor dengan faktor yang lainnya.
Kemiskinan dan Mata Pencaharian
Penduduk di pedesaan rata-rata bekerja di sektor pertanian, namun hanya sedikit petani yang memiliki lahan, hal itu dikarenakan kebanyakan tanah di pedesaan sudah dikuasai oleh pengusaha-pengusaha penanam modal. Sehingga rata-rata mereka hanya bekerja sebagai petani penggarap atau buruh tani yang memiliki pendapatan rendah. Selain itu karena lapangan pekerjaan mereka semakin terhimpit banyak pula yang beralih profesi menjadi pedagang ataupun tukang ojeg yang penghasilannya tidak menentu.
Salah satu penyebab kemiskinan di desa salah satunya adalah tingkat pendidikan yang rendah, rata-rata petani di pedesaan hanya menginjak pendidikan hingga Sekolah Dasar (SD) bahkan banyak diantara mereka yang buta huruf. Hal itu terjadi karena minimnya fasilitas pendidikan di desa, meskipun fasilitas itu ada tetapi letaknya jauh dan mahal untuk diakses oleh masyarakat di pedesaan. Selain itu adanya pandangan bahwa sekolah hanya buang-buang uang saja sehingga pendidikan bukanlah segalanya. Hal ini, menyebabkan mereka mengalami krisis motivasi dan keinginan akan kebutuhan pendidikan yang berujung pada rendahnya kualitas dan kuantitas pendidikan di tingkat masyarakat pedesaan.
Kemiskinan dan Sistem Perkawinan
“untuk apa perempuan sekolah tinggi tinggi? Toh, ujung-ujungnya ke dapur lagi”. Kata-kata tersebut menjadi salah satu penyebab mengapa kaum perempuan di pedesaan berfikir kembali untuk melanjutkan sekolah mereka. Sehingga Kebanyakan anak-anak perempuan yang berusia sekitar 13-15 tahun sudah dinikahkan oleh orang tuanya, bila hingga usia 17 tahun seorang anak perempuan belum menikah maka dia akan cenderung menjadi pemalu dan tersisih dari pergaulannya.
Menurut saya, Pernikahan usia dini ini juga merupakan salah satu upaya memindahkan beban ekonomi yang ditanggung oleh orang tua kepada sang calon suami. Sehingga pernikahan di pedesaan cenderung lebih banyak melalui sistem perjodohan. Selain karena faktor ekonomi, orang tua juga berharap dengan menikah dan memiliki keluarga yang baru dapat memperbaiki kehidupan anak tersebut. Sehingga Sang anak hampir tidak bisa membantah keputusan orang tuanya tersebut. Hal itu dikarenakan Kehidupan beragama masyarakat cukup kental dan mempengaruhi pola interaksi dalam hubungan orang tua dan anak. Orang tua ingin cepat-cepat menikahkan anaknya Karena biasanya setiap keluarga di pedesaan memiliki cukup banyak anak, sehingga beban konsumsi yang ditanggungnya juga cukup berat.
Kemiskinan dan Tingkat Kesehatan yang Rendah
Rendahnya tingkat pendapatan berpengaruh terhadap tingkat kesehatan. Bagi masyarakat miskin, kemiskinan yang mereka hadapi telah membuat mereka menempatkan kesehatan bukan sebagai prioritas utama. Sehingga ketika mereka berhadapan dengan situasi yang membutuhkan bantuan medis, banyak diantara mereka yang "lari" ke pengobatan tradisional. Selain karena minimnya fasilitas kesehatan di pedesaan, Permasalahan utamanya adalah biaya pengobatan dan harga obat yang sulit terjangkau oleh masyarakat karena mahal.
Belum lagi masyarakat masih harus menyisihkan uangnya untuk ongkos transportasi ke Puskesmas jika ingin berobat. Sehingga bisa dibayangkan masyarakat harus mengeluarkan uang berkali-kali lipat hanya untuk memerikasakan kesehatannya. Sehingga satu-satunya cara yang ditempuh oleh masyarakat ketika menghadapi situasi ini adalah memanfaatkan jalur pengobatan tradisional dengan pengetahuan lokal yang ada.
No comments:
Post a Comment