
'Anda Bisa Melihat Bali di Lombok, tapi Anda tak bisa melihat Lombok di Bali'. Itulah slogan yang dibanggakan masyarakat Lombok. Di Lombok, Anda bisa melihat pura atau tata cara peribadatan orang Hindu-Budha sekaligus ratusan bangunan masjid dan mushala. Kesamaan lain, keindahan pantai di Lombok juga menyerupai Bali, bahkan lebih alami.
Untuk berwisata mengelilingi pulau yang luasnya sekitar 473.870 hektare itu, bisa dilakukan dengan berbagai paket. Antara lain paket Lombok Circle Island (keliling Lombok, red) yang bisa memakan waktu sekitar tiga hingga empat hari dengan biaya sekitar Rp 200 ribu. Itu belum termasuk akomodasi dan penginapan.
Tawaran lain melalui paket wisata kota (City Tour) selama lima jam, atau paket delapan jam untuk melihat kampung tradisional Suku Sasak. Tarif untuk paket lima jam rata-rata dipatok harga sekitar Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu, dan paket delapan jam seharga Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu.
Untuk mengitari potensi wisata di pulau Lombok, minimal bisa dilakukan secara maraton selama empat hari. Jika wisata ini dilakukan secara patungan, biaya transportasi bisa ditekan seminimal mungkin. Misalnya dengan menggunakan mobil sewaan, yang ongkosanya rata-rata Rp 70 ribu/hari. Sedangkan biaya penginapan cukup bervariasi.
Dari Surabaya, ada dua kali penerbangan setiap hari-- pagi dan sore dengan tiket seharga Rp 134.500, plus retribusi bandara Rp 9.900 dan asuransi Rp 2.500. Alternatif lain, untuk menghemat biaya, bisa digunakan jalur darat yang dilayani bis antarkota dengan harga tiket Rp 40 ribu.
Tentu saja, masing-masing jalur menawarkan berbagai kekurangan dan kelebihan. Jalur udara relatif lebih cepat dan hemat energi, tapi jalur darat banyak menguras energi karena harus duduk manis di kursi bis sekitar 16 jam. Jika lewat darat, akan sedikit terhibur sewaktu menyebrang dari Lombok ke Bali. Di atas goyangan kapal feri selama empat jam, bisa menikmati keindahan laut lepas yang tampak jernih dan tiupan angin laut.
Sesampainya di Lombok, perjalanan keliling kota bisa dilakukan dengan angkutan murah meriah, cidomo -- cikar dokar motor. Di Mataram, bisa ditemukan dua karakter yang cukup menyolok yakni Islam dan Hindu. Bangunan pura dan masjid banyak ditemukan di berbagai sudut kota. Tapi, jumlah bangunan masjid memang relatif lebih banyak karena Lombok memang dikenal sebagai pulau seribu masjid.
Dari dua sisi itulah, banyak wisatawan yang merasakan adanya nuansa Bali di Lombok. Hal itu mulai terasa dengan menjamurnya bangunan pura. Jangan pula heran jika melihat warga setempat mengendarai motor tanpa helm dengan membawa sesaji.
Kendati demikian, Lombok terkesan amat guyub. Dari pemandangan itulah, masyarakat Lombok mengaku lebih ''kaya'' dibanding Bali. Dari situ pula mereka mempunyai motto 'Di Lombok Anda bisa melihat Bali, tapi di Bali Anda belum melihat Lombok'.
I Putu Tusta, staf ahli Pemda Lombok Tengah mengakui bahwa motto wisata tersebut sebetulnya bukan hasil dari kreasi orang Lombok. ''Sebetulnya motto itu dipetik dari tulisan orang Australia yang pernah menulis tentang Lombok. Jadi yang membuat kesimpulan seperti itu bukan kita melainkan orang lain yang berkunjung ke sini,'' ujarnya sewaktu ditemui Republika di Pantai Kuta, Lombok.
Selain pemandangan pura dan masjid, di kota Mataram yang merupakan Ibukota Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bisa pula ditemui sejumlah obyek wisata. Antara lain kompleks rumah bambu di Gunungsari, kerajinan kayu di Sayang-Sayang, rumah terapung di Mayura, atau naik gajah di Suranadi. Untuk memudahkan perjalanan, Anda bisa mengikut paket wisata kita (city tour).
Setelah puas melihat ataram dan berbagai ornamennya, menarik pula melongok Narmada. Di sana bisa melihat jejak sejarah Lombok yang pernah jaya dengan nama Kerajaan Selaparang yang berdiri pada abad ke-14.
Bahkan, nama Selarang juga pernah menjadi nama resmi bagi pulau Lombok hingga akhir abad ke-19. Dalam buku Negarakertagama karya pujangga Majapahit Empu Prapanca, Pulau Lombok pernah mempunyai dua nama yakni 'Lombok Mirah' --belahan Barat-- dan 'Sasak Adi' --untuk
Lombok bagian Timur.
Di Narmada, masuk Lombok Barat, selain menikmati peninggalan taman sari kerajaan, juga sumber mata air dari Gunung Rinaji berupa kolam renang. Konon, orang yang mandi di kolam Narmada bisa membuat awet muda.
Di belahan barat yang sekaligus merupakan unggulan wisata di Pulau Lombok, selain Narmada Anda juga bisa menikmati keindahan Pantai Senggigi yang berjarak sekitar 10 km dari kota Mataram. Di Senggigi, sebetulnya bisa dinikmati keindahan pantai dengan pasir putihnya dan panorama alam saat matahari tenggelam, serta taman laut. Tapi, Senggigi kini tak lagi bisa dinikmati secara leluasa karena kawasan pantainya nyaris habis dibikin tempat membangun hotel.
Selain Senggigi, masih ada sekitar 21 obyek wisata di daerah Lombok Tengah. Antara lain, Batu Bolong, sekitar delapan km dari Mataram, Pantai Mangsit sekitar 20 km), serta hutan wisata Pusuk yang dihuni kera liar.
Setelah itu, bisa juga menyebrang lagi ke Gili Trawangan, Gili Mano, dan Gili Air. Untuk mencapai ketiga lokasi pulau kecil yang indah itu, pengunjung bisa menyewa speedboat dengan harga Rp 25 ribu. Di ketiga pulau kecil itu bisa dinikmati pantai pasir putih, taman laut berupa karang biru dan ikan hias, serta panorama matahari terbit.
Bagi penggemar wisata petualangan, Lombok menawarkan kawasan pegunungan Rinjani yang cukup menarik. Sebelum naik ke puncak Rinjani, sebaiknya menyiapkan berbagai perbekalan, seperti jaket tebal, bahan makanan, minuman, serta sepatu khusus untuk pendakian.
Jika persiapan sudah memadai, gunakan jasa pula porter atau pengangkut barang, yang sekaligus bisa dipakai untuk guide. Dengan uang sekitar Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu per hari. Dan Anda pun leluasa berpetualang.
Dari Desa Sanur ke puncak Rinjani, diperlukan waktu daki sekitar 16 jam. Jika Puncak Rinjani terlalu melelahkan, cukup sampai di puncak Sangkareang dengan waktu daki sekitar enam jam. Kalau terlalu dekat, bisa langsung ke Segara Anak dengan waktu daki sekitar delapan jam. ''Tapi, kalau ke kawasan Rinjani sebaiknya hati-hati karena tekstur tanah yang sering longsor. Oleh karena bagi pemula sebaiknya menggunakan jasa guide dengan harga Rp 25 ribu per hari,'' ujar R Mayanto, salah seorang pemilik depot dan pondok wisata di Sanur.
Bagi penggemar peninggalan adat istiadat atau suku tradisional, Dusun Sanur di Lombok Barat dan Dusun Sade di Lombok Tengah bisa menjadi pilihan utama. Di Sanur, akan ditemukan rumah adat Suku Sasak --penduduk asli pulau Lombok-- dan di Sade juga bisa didapati hal serupa sekaligus kerajinan tangan Suku Sasak di Sade berupa kain tenun.
Atau bisa melongok masjid kuno yang pernah dijadikan sebagai pusat pengembangan Islam. Tempat itu lebih dikenal sebagai Islam Wektu Telu-- di Desa Bayan Baleq, sekitar 80 km dari Mataram.
Sekilas, tata cara kehidupan Suku Sasak tak jauh beda dengan kehidupan Suku Jawa tempo dulu. Hingga kini, mereka masih mengenal berbagai upacara, seperti pesta bumi dan upacara lumbung padi (menyimpan padi). Di Sade maupun Sanur, kebiasaan mengunyah daun sirih (nginang: Jawa) masih banyak ditemukan.
''Di sini laki-laki biasa penginang, tapi ada juga yang sudah merokok,'' ujar Nuli Ajib, Kepala Suku Sasak Sanur.
Jangan heran, kalau Anda menjumpai mulut lelaki Sasak terlihat merah layaknya perempuan bersolek.
Jika ingin melongok ke Lombok Tengah, bisa dinikmati keindahan Pantai Kuta. Kawasan tersebut sangat ideal dikunjungi pada 28 Februari. ''Pada tanggal itulah dilangsungkan upacara Bau Nyale yakni menangkap binatang Nyale atau sejenis cacing. Menurut cerita rakyat, Nyale ini merupakan jelmaan dari Putri Kerajaan Mandalika,'' ujar Putu Tusta.
Tapi, kalau jelmaan, binatang serupa juga ada di wilayah Sulawesi. Uniknya, binatang ini hanya muncul setahun sekali yakni tiap tanggal 20 bulan kesepuluh penanggalan Sasak, atau sekitar 28 Februari atau terkadang pada 28 Maret.
No comments:
Post a Comment