
Dewi, salah seorang anggota SERUNI sedang
melakukan orasi di depan Gedung Sate, Bandung
(29/3/2012) Foto: Eko Rio
|
SERUNI adalah suatu gerakan perempuan yang dipelopori oleh para aktivis diluar Pangalengan yang merasa prihatin terhadap kentalnya budaya patriarki disana. Tipe perubahan yang dituju oleh gerakan ini adalah untuk mengubah nilai-nilai atau pandangan masyarakat yang mendiskriminasikan perempuan dalam hal pekerjaan maupun sosial politik. Sasaran perubahannya yakni terfokus pada kelompok terutama masyarakat luas yakni agar masyarakat dapat memandang perempuan setara dengan kaum laki-laki. Cara kerja gerakan ini berlangsung dengan damai.
Para aktivis bertujuan untuk mengangkat isu-isu perempuan yang terjadi disana untuk dipecahkan bersama-sama. Diawali dengan pendiskusian mengenai pentingnya kaum perempuan untuk berorganisasi dan terlibat bersama-sama dalam perjuangan rakyat kepada kelompok gerakan tani AGRA (Aliansi Gerakan Reforma Agraria) yang notebene isinya mayoritas adalah kaum laki-laki. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi budaya patriarki di kalangan kaum tani tersebut yang kemungkinan akan menjadi penghambat untuk memajukan kaum perempuan di wilayah tersebut.
Para aktivis tersebut dari awal mencoba untuk melibatkan kaum laki-laki untuk peduli dan turut mendukung perjuangan isu-isu perempuan. Sehingga isu-isu perempuan tidak akan menjadi elitis yang hanya dipahami oleh kaum perempuan saja.
Para aktivis tersebut dari awal mencoba untuk melibatkan kaum laki-laki untuk peduli dan turut mendukung perjuangan isu-isu perempuan. Sehingga isu-isu perempuan tidak akan menjadi elitis yang hanya dipahami oleh kaum perempuan saja.
Setelah itu, mereka mulai membangun kontak dengan beberapa orang perempuan tani dan menyelenggarakan diskusi-diskusi, sehingga kemudian disepakati bersama untuk memperluas kontak dan kelompok diskusi yang ada. Setelah ada beberapa kelompok diskusi perempuan, secara bersama-sama mereka mulai mencoba mengidentifikasi persoalan apa saja yang dihadapi oleh kaum perempuan di wilayah tersebut. Sehingga kemudian ditemukan beberapa persoalan pokok, yaitu masalah ekonomi seperti diskriminasi upah antara buruh laki-laki dengan perempuan, masalah kesehatan seperti jauhnya polindes dan puskesmas, kesehatan reproduksi, masalah pendidikan seperti maraknya buta huruf dikalangan perempuan, masalah kebudayaan seperti patriarki (poligami, kawin-cerai, KDRT), dan masih banyak lagi.
Kegiatan yang sering dilakukan oleh anggota SERUNI diantaranya:
- Pengajian
- Menggarap lahan kolektif (AGRA memberikan lahan kepada SERUNI untuk modal kegiatan-kegiatan SERUNI).
- Pertemuan rutin setiap bulan untuk pendidikan organisasi (skill dan mengembangkan rasa percaya diri).
- Melakukan Kampanye pada saat perayaan hari besar. Misalnya: Hari Perempuan Internasional, Hari Ibu, dan lain-lain.
Masalah dan hambatan yang dihadapi diantanya:
- SERUNI masih belum stabil secara nasional sehingga masih harus menggandeng kader-kader dari luar. Terutama kader kesehatan.
- Rata-rata anggota SERUNI merupakan anggota AGRA pula Sehingga perempuan SERUNI cukup sulit untuk melepaskan diri dari jati diri AGRA ketika di wawancara tentang SERUNI.
- Tidak ada dukungan dari pemerintah
- Hubungan dengan perempuan yang bukan anggota SERUNI terkesan kurang begitu dekat. Hal itu dkarenakan adanya stereotipe bahwa SERUNI dianggap “tukang ricuh”.
Namun meskipun demikian, ada beberapa perubahan yang dirasakan sejak berdirinya SERUNI yakni perubahan peran dan fungsi kerja domestik yang selama ini dilekatkan terhadap kaum perempuan secara perlahan mulai dapat dibagi secara setara dengan pasangannya dalam rumah tangga. ini dapat dilakukan karena telah lahirnya kesadaran secara objektif dari pihak laki-laki. Selain itu, Isu nikah muda atau pernikahan usia dini. Kini kaum perempuan, terutama para lbu, sudah berani secara tegas menolak anak-anak perempuannya dikawinkan di usia muda. Dan mereka mampu menjelaskan argumentasi penolakan secara tepat dan rasional sehingga sulit untuk dibantah.
No comments:
Post a Comment